Sebelum berganti nama menjadi Istanbul, dahulu Ibu Kota Turki tersebut bernama kontsantinopel, Istanbul sudah berusia seribu tahun ketika Konstantin Agung menjadikannya Ibu Kota Kekaisaran Romawi pada 330 Masehi.
Sejak saat itu, Istanbul dinamai Konstantinopel atau kota Konstantin.
Konstantin Agung bahkan menyebut kota sebagai Roma baru. Konstantinopel lalu tumbuh menjadi kota terkuat di Eropa.
Masa pemerintahan Justinian (527-565 M) menjadi puncak kejayaan Konstantinopel. Karena itu, populasi penduduk di awal pemerintahannya mencapai sekitar 500.000 orang.
Namun, kebakaran besar melanda kota-kota itu pada 532 M, pembangunan kembali konstantinopel memberi Justinian kesempatan untuk terlibat dalam pembangunan proyek besar yang bangunannya masih bisa dilihat sampai saat ini.
Di masa ini juga Hagia Sophia dibangun, Hagia Sophia atau Aya Sophia adalah sebuah tempat ibadah yang dibangun pada tahun 537 M sampai 1453 M. Pada awal dibangun bangunan ini diperuntukan merupakan Katedral Ortodok.
Sejarah dan pengaruh agama pada terbentuknya kota Konstantinopel atau yang sekarang disebut Istanbul. Tidak dapat dipisahkan dari Hagia Sophia, begitu pun sejarah desain interior yang mempengaruhi budaya dan agama Konstaninopel.
Hagia Sophia dibangun pada abad ke-6 M dan diperuntukan untuk umat kristiani pada masa kekaisaran Byzantium, bahkan saat Hagia Sophia dibangun kemegahannya membuat semua orang terpesona, Hagia Sophia adalah simbol Byzantium seperti halnya Parthenon yang melambangkan Yunani Klasik atau Menara Eiffel yang melambangkan Paris.
Masing-masing struktur tersebut mengekspresikan nilai-nilai dan keyakinan: proporsi sempurna, kepercayaan diri industri, spiritualitas yang unik.
Dengan kesan keseluruhan dan perhatian terhadap detail. Keberadaan Hagia Sophia sepertinya membutuhkan penjelasan dunia lain mengapa ia berdiri, karena sebagian besar bangunan di dalamnya tampak tidak berwujud, sebuah kesan yang pasti sangat nyata dalam persepsi umat beriman abad pertengahan.
Keteguhan iman pada abad pertengahan bukan hanya membuat Hagia Sophia menjadi simbol dan representasi kedigdayaan konstantinopel pada masa itu tetapi juga menjadi pusat budaya keagamaan umat kristiani, yang dipengaruhi juga dalam desain interior Hagia Sophia, desain interior Hagia Sophia yang dipengaruhi dengan gaya kekaisaran Byzantium beserta lukisan-lukisannya.
Setelah Konstantinopel ditaklukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, konstantinopel berubah nama menjadi Istanbul, bukan hanya perubahan pada nama saja tetapi juga perubahan pada sosial budaya masyarakat di seluruh Turki.
Perubahan ini pun juga terjadi pada desain-desain interior Hagia Sophia yang membuat Hagia Sophia beralih fungsi menjadi masjid setelah ditaklukan kekhilafahan Utsmaniyah, perubahan yang dimaksud salah satunya ialah, penambahan lafadz Allah dan Muhammad disamping lukisan Bunda Maria yang menggendong bayi Yesus.
Hagia Sophia berfungsi menjadi gereja selama 916 tahun sampai ditaklukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, lalu berubah menjadi masjid dari tahun 1453 hingga 1934. Lalu bangunan ini pun dijadikan museum oleh pemerintahan Turki pada waktu itu.
Pada 10 Juli, pengadilan Turki membatalkan dekrit Kabinet 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum, membuka jalan dibuka kembali menjadi masjid setelah 86 tahun.
Proses perubahan fungsi dari museum menjadi ke masjid setelah Keputusan pengadilan Turki berlangsung dengan aktivitas restorasi dan pemasangan karpet.
Otoritas Turki berkomitmen untuk tetap melestarikan gambar kekristenan yang tergambar dilangit-langit Hagia Sophia, meliputi Bunda Maria, Yesus, dan roh kudus Kristen akan ditutup oleh tirai saat salat digelar. Diluar waktu salat lukisan tersebut akan dibuka Kembali untuk dinikmati pengunjung.